Somewhere, 7 Ramadhan 1440H
Dari : Aku
Untuk : Aku
Sejak nampak sabit itu, tujuh senja sudah berlalu. Ribuan detik bentangkan sayapnya terbang meninggalkanmu. Sia-sia? Entahlah, kamu lebih tau. Tapi lihat! Disana ia mulai berdebu. Terlalu lama dirimu tenggelam dalam sikap acuhmu.
Ada apa dengan dirimu? Sudah hilangkah rasa itu? Rasa takdzhim kepada pedomanmu. Hari-hari berlalu, tak juga kau indahkan perintah Tuhanmu. Hadirnya kitab itu ibarat lukisan di ruang tamu. Tak sudi bersamanya kau habiskan waktu. Atau bersamanya sesaat, untuk kemudian kembali tenggelam dalam layar ponselmu. Mungkin memang ia bukan prioritasmu.
Saat bulan suci tiba, kau bilang akan sambut ia dengan suka cita. Entah itu hanya pengakuan belaka, atau memang benar adanya. Pasalnya, bulan ini selalu identik dengan kitab itu. Seharusnya kau luangkan untuknya banyak waktu. Bukan malah memperlakukan Ia layaknya majalah tempo dulu.
Tidak, dia tidak membutuhkanmu. Kamulah yang sebenernya membutuhkan dia. Ia ibarat purnama, dimana gelapmu temukan cahaya. Ia itu penenang, disaat gelisahmu tak kunjung hilang. Tak sadarkah kau akan hal itu?
Saat kepastian itu tiba, yang kan kau temukan hanyalah gelap gulita. Dan Ia lah yang akan bawakan untukmu seberkas cahaya, memohon Syafa’at dari Sang Pencipta.
Khalid bin Walid sahabat Nabi yang mulia, panglima perang yang gagah perkasa. Ia pernah meminta maaf pada kitab itu, karena banyaknya JIHAD telah menyibukkan Ia dari berduaan dengannya. Lalu bagaimana denganmu?! Yaaa memang kau tak jauh berbeda, beda satu huruf saja. Karena memang JIHAZ* itu telah merampas banyak waktumu.
Dua puluh empat jam dalam sehari, tak sudikah kau luangkan barang satu atau dua jam saja untuk sumber cahayamu ini?
Kau punya tiga puluh hari, tak bisakah kau khatamkan walau hanya sekali? Jika tak bisa coba tanya hatimu, mungkin ada yang salah dengan cintamu untukNya. Kenapa? Ketika kau mendapatkan surat dari orang yang kau kasihi, tentu kau akan membacanya berulang kali. Lagi dan lagi. Lalu bagaimana dengan kitab ini? Ia adalah Kalam Ilahi. “Orang yang suci hatinya, takkan pernah puas mentadabburi kalam Rabbnya.” Itulah yang dikatakan Khalifah Utsman Bin Affan.
Ada sebuah pertanyaan yang pernah dilontarkan pada seorang Alim Ulama, tentang bagaimana generasi terbaik ummat ini (red=Sahabat-sahabat nabi) memperlakukan Al Quran. Jawabnya singkat saja, “Sebagaimana kalian memperlakukan ponsel kalian.”
Maka timbul sebuah pertanyaan. Apa istimewanya ponselmu yang selalu di tangan? Bisa apa dia hadapan Tuhan? Sampai kau genggam ia seharian. Pasti dari sepuluh pesan yang ada, hanya satu dua saja yang memang perlu kau baca. Memang dia sesuatu yang mubah. Tapi jika berlebihan tentu akan jadi sebuah musibah. Lantas jika kau bertanya, “Berapa porsi yang pas untuknya?” Kau sendiri lah yang mengetahuinya.
Hayolah, hari perhitungan tak semudah yang kau bayangkan. Butuh banyak persiapan. Maka mulai sekarang, pastikan Al Quran selalu dalam dekapan. Selagi bulan Ramadhan, mari kita dengannya berduaan. Dia akan memberi tahumu keagungan-keagungan Tuhan. Dia akan hadirkan dalam hatimu ketenangan dan ketentraman. Akan Ia buang jauh-jauh semua resah dan gelisah. Jadikan Ia sahabat sampai kau ke Jannah. Semoga kamu termasuk kedalam golongan Ahlul Quran, Aamiin.
* JIHAZ maknanya Gadgets
Selalu mengingatkan dalam kebaikan. Nice anak muda
Terimakasih mbak muda
Masyaallah. Betul banget, belum lama saya juga merenung mengenai waktu yang banyak sekali terbuang untuk “melototin” gadget.
Semakin banyak pengguna internet. Semakin banyak konten suguhan. Semakin menghabiskan waktu. Belum lagi, yang disajikan belum tentu ada manfaatnya. Astagfirullah.
Doakan, agar saya bisa memperlakukan Alquran seperti halnya gadget.
MasyaAllah.. semoga Allah selamatkan kita dari finah waktu kosong agar memanfaatkannya dengan hal-hal bermanfaat
Amiin yaa robbal alamin. Insyaallah..
MaasyaaAllah, terimakasih sudah mengingatkan
Terimakasih juga sudah berkenan membaca
Spirit for to day… Hahaha
Thanks brother
By : dari anak yg bntr lagi menyempurnakan separuh agamanya
Spirit for to day… Hahaha
Thanks brother
By : dari anak yg bntr lagi menyempurnakan separuh agamanya