Dr Agus Setiawan, Lc. MA. Beliau adalah seorang da’i dari Indonesia. Beliau berhasil mendapatkan gelar sarjananya dari Univ. Al Azhar di Mesir. Kemudian melanjutkan program Magister di Sudan dan berhasil meraih gelar doktoralnya di Malaysia. Sekarang beliau aktif berdakwah dan telah menyebarkan risalah islam di 27 negara dalam 5 benua yang ada di dunia.
Ramadhan tahun ini warga Indonesia yang ada di Kuwait berkesempatan untuk mendengarkan ceramah beliau secara langsung. Ini adalah kunjungan beliau yang kedua kalinya ke Kuwait. Selama di Kuwait, Ustadz berkesempatan untuk mengisi kajian di beberapa tempat dan salah satunya adalah masjid milik warga Indonesia di Kuwait. Berikut ini adalah beberapa point yang Ustadz sampaikan saat mengisi kajian di masjid Indonesia (dengan sedikit penambahan).
Tidak ada kata yang pantas kita lantunkan selain kalimat syukur kepada Allah ta’ala. Betapa banyak nikmat dan karunia yang telah Allah anugerahkan kepada kita. Sungguh jika kita bermaksud untuk menghitungnya niscaya kita tidak akan sanggup. Tapi Maha Suci Allah dengan segala kebijaksanaanNya, Allah tidak meminta kita untuk menghitungnya melainkan memerintahkan kita untuk mensyukurinya.
Ramadhan adalah bulan yang penuh keberkahan. Terdapat pula padanya banyak sekali pelajaran yang bisa sama-sama kita renungkan. Pada bulan Ramadhan selain kita diminta untuk meningkatkan amal ketaatan kita kepada Allah, kita juga diminta untuk mengasah sense of human yang ada pada diri kita dan meningkatkan kepedulian kita terhadap sesama.
Tidak sedikit dari manusia yang mengatakan, “Ah, yang penting saya sehat” “Ah, yang penting saya nggak nyusahin orang” Tapi mereka tidak pernah berusaha untuk memberikan manfaat atau sedikit saja peduli terhadap orang lain. Padahal Islam mendorong kita untuk menjadi pribadi pribadi yang selalu bisa memberikan manfaat. Islam mengajarkan kepada kita bagaimana supaya keberadaan kita bisa dirasakan manfaat dan kontribusinya oleh orang sekitar.
Nabi yang mulia sudah menjelaskan kepada kita semua, bahwasanya orang-orang yang paling berhak menyandang gelar sebagai sebagai “sebaik-baik manusia” adalah mereka yang paling bermanfaat untuk sesama. Bukan mereka yang justru paling sering memanfaatkan temannya. Tidak hanya itu, Nabi juga pernah menjelaskan dalam haditsnya yang Shohih bahwasanya, manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah mereka yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya. Maka cukuplah ini menjadi motivasi bagi kita bersama untuk senantiasa berusaha mendapatkan gelar sebagai sebaik-baik manusia dan gelar sebagai hamba yang paling dicintai Rabbnya.
Rasulullah -صلى الله عليه وسلم- bersabda ,
والله في عون العبد ما كان العبد في عون أخيه
“Allah senantiasa menolong hambaNya selama hamba tersebut menolong saudaranya.” (HR. Muslim no 2699)
Seringkali ketika kita diminta tolong oleh seseorang, dalam hati kita berbisik, “Ah, bikin repot aja nih” “Ah elah, ngambil waktu saya aja nih” Ketika itu kita lupa bahwasanya kitapun akan sampai di satu titik dimana kita membutuhkan pertolongan orang lain. Kita semua tahu bahwasanya kehidupan ini ibarat roda. Sekarang kita membantu dan besok kitalah yang akan di bantu.
Sadar nggak sih? Ketika kita berbagi, manfaat dari pemberian yang kita beri kepada orang lain justru lebih dulu kita rasakan, bahkan sebelum pemberian itu bermanfaat bagi orang yang menerima. Kok bisa? Misalnya saja ketika kita berbagi nasi kotak untuk berbuka kepada orang-orang kurang mampu, ada rasa bahagia tersendiri yang kita rasakan dalam hati ketika melihat wajah sumringah mereka saat melihat apa yang ada dalam nasi kotak tersebut. Bahkan itu bisa kita rasakan sebelum mereka memakannya. Ya, itu adalah rasa manisnya iman yang Allah titipkan dalam hati kita saat kita berbagi.
Imam Ibnul Qoyyim Al Jauziyyah pernah berkata, “Boleh jadi saat kau tertidur lelap, pintu-pintu langit tengah diketuk oleh puluhan doa untukmu. Bisa jadi dari orang miskin yang kau tolong atau dari orang lapar yang telah kau beri makan atau dari orang yang sedang bersedih dan telah kau hibur atau dari orang yang berjumpa denganmu lalu kau berikan senyuman atau dari orang yang sedang ditimpa musibah dan kau berbagi dengannya. Karena itu jangan pernah meremehkan amalan-amalan kebaikan sekecil apapun, karena engkau tidak tahu amalan mana yang akan memasukkanmu ke surga.”
Berbagi tidak melulu soal harta. Bisa saja kita berbagi dalam hal yang sederhana, menunjukkan jalan misalnya. Atau sekedar memberikan senyuman ketika berpapasan dengan orang lain. Dan ini bisa jadi ladang dakwah kita loh. Karena banyak orang yang tidak tersentuh dengan kata-kata, tapi langsung luluh ketika melihat keikhlasan kita saat berbagi kepada sesama.
(BERLANJUT)