Sebagaimana yang sudah kita ketahui bersama bahwasanya Imam Madzhab Syafi’i dan juga pendirinya ialah Imam Muhammad bin Idris bin Al Abbas bin Utsman bin Syafi’i bin As Saaib bin Ubaid bin Abd Yaziid bin Haasyim bin Al Mutholib Al Qurasyi atau yang lebih kita kenal dengan panggilan Imam Asy Syafi’i. Nasab beliau bersambung kepada Abdu Al Manaf yang juga merupakan kakek Nabi Muhammad ﷺ.
Ada pendapat yang mengatakan beliau lahir di Gaza, ada juga yang mengatakan beliau lahir di Mina, dan ada juga yang mengatakan beliau lahir di Yaman. Beliau lahir pada tahun 150 H yang mana pada tahun tersebut Imam Abu Hanifah wafat. Bahkan ada yang mengatakan bahwasanya hari kelahiran Imam Asy Syafi’i bertepatan dengan tanggal wafatnya Imam Abu Hanifah.
Beliau tumbuh sebagai anak yatim yang dibesarkan oleh ibunya dikarenakan ayah beliau meninggal dalam keadaan masih muda. Imam Asy Syafi’i dibawa ke Mekkah ketika berusia dua tahun dan menghafal Al Quran di sana. Bahkan pada usia tujuh tahun beliau sudah berhasil menghafal keseluruhan Al Quran dan pada usia sepuluh tahun beliau sudah menghafal kitab Al Muwaththa karya Imam Malik. Pada saat usia beliau 15 tahun, salah satu ulam Mekkah yaitu Muslim bin Khalid Az Zanji Al Makkiy memberikan ijazah kepada Imam As Syafi’i untuk boleh berfatwa.
Kemudian beliau pindah ke Madinah untuk berguru kepada Imam Malik selama beberapa waktu sebelum akhirnya beliau memutuskan untuk pergi ke Baghdad dan menetap di sana selama dua tahun. Pada masa ini lah beliau menulis madzhab lama beliau. Setelah menetap di Baghdad selama dua tahun beliau kembali ke Mekkah pada tahun 198 H. Setelah itu beliau sempat kembali ke Baghdad, sebelum akhirnya beliau memutuskan untuk pergi ke Mesir dan menulis madzhab barunya di sana.
Beliau wafat pada hari Jumat terakhir bulan Rajab di tahun 204 H disebabkan oleh sakit bawasir yang dideritanya. Beliau dimakamkan di Qarafah yaitu sebuah pemakaman di Kairo, Mesir setelah sholat ashar pada hari itu.
Keistimewaan Imam Asy Syafi’i
- Pemberantas bid’ah
Kecerdesan yang dimiliki oleh Imam Asy Syafi’i ia gunakan untuk melawan bid’ah dan para pelakunya. Sejak beliau remaja dan masih menuntut ilmu di Mekkah, beliau sudah mulai membantah ke-bida’ah-an yang ada. Diceritakan dalam kutub tarajum bahwasanya Bisyr Al Marisi (seorang tokoh Mu’tazilah) pernah berhaji, ketika dia pulang ke tempatnya, ia berkata kepada teman-temannya, “Sesungguhnya aku telah melihat seorang pemuda Quraisy di Mekkah dan aku tidak khawatir kepada madzhabku kecuali darinya.” Yang dimaksud Bisyr Al Marisi ialah Imam Asy Syafi’i. Ini menunjukan bahwasanya Bisyr melihat Imam Asy Syafi’i sebagai ancaman terhadap pandangan dan keyakinannya.
Imam Asy Syafi’i juga pernah berdebat dengan Ibrahim bin Aliyah (salah seorang tokoh Jahmiyah) dan Hafs Al Fard tentang permasalahan “Al Quran adalah Makhluk” dan permasalahan “naik turunnya iman seseorang”.
Karena Imam Asy Syafi’i selalu konsisten memberantas bid’ah, akhirnya beliau dijuluki sebagai ناصر السنة yang berarti penolong sunnah atau penolong hadis-hadis Nabi ﷺ.
- Orang yang berkharismatik
Daya Tarik dan charisma yang dimiliki oleh Imam Asy Syafi’i sangat luar biasa, sampai-sampai banyak ulama-ulama besar yang tertarik ikut halaqah dan belajar dengan beliau. Termasuk yang belajar kepada beliau ialah Imam Ahmad bin Hanbal dan Abu Tsaur yang mana masing-masing dari mereka mempunyai madzhab tersendiri.
Suatu saat Abu Tsaur pernah ditanya, “Lebih faqih Asy Syafi’I atau Muhammad bin Al Hasan?” Lalu Abu Tsaur menjawab, “Syafi’i lebih faqih daripada Muhammad bin Al Hasan, Abu Yusuf, Abu Hanifah, Hamad (gurunya Abu Hanifah), Ibrahim (gurunya Hamad), Alqamah (gurunya Ibrahim) dan Al Aswad (gurunya Alqamah).” Padahal Abu Tsaur dulunya adalah pengikut madzhab ahlu ra’yun di Baghdad sebelum datangya Imam Asy Syafi’i.
Dikisahkan juga bahwasanya Imam Ahmad bin Hanbal selalu mendoakan Imam Asy Syafi’i. Hal ini yang akhirnya membuat Abdullah (anaknya Imam Ahmad) bertanya kepada ayahnya tentang alasan kenapa Imam Ahmad selalu mendoakan Imam Asy Syafi’i. Imam Ahmad menjawab, “Sesungguhnya Asy Syafi’i seperti matahari bagi dunia dan seperti kesehatan bagi badan, maka apakah ada pengganti bagi kedua ini?”
Dua jawaban dari dua ulama besar di atas adalah contoh yang menunjukan bahwa kharisma yang dimiliki oleh Imam Asy Syaf’i dapat membuat banyak orang sangat cinta kepada beliau.
- Karya tulis yang luar biasa
Imam Ahmad bin Hanbal pernah berkata, “Sebelumnya kita tidak mengenal apa aitu aam, khash, nasikh, dan Mansukh sampai akhirnya datang Asy Syafi’i.”
Sebagaimana yang masyhur bahwasanya Imam Asy Syafi’i adalah orang yang pertama kali menulis kitab tentang kaidah-kaidah ushul fiqih. Kitab yang beliau tulis tersebut berjudul AR RISALAH. Kitab ini ditulis karena ada permintaan dari Abdurrahman bin Mahdi yang meminta Imam Asy Syafi’i untuk menulis sebuah kitab yang mencakup makna-makna Al Quran, otoritas ijmak, dan penjelasan nasikh mansukh. Setelah Imam Asy Syafi’i merampungkan penulisan kitab Ar Risalah, Abdurrahman bin Mahdi berkata, “Tidaklah aku shalat kecuali aku selalu mendoakan Asy Syafi’i dalam shalatku.”
Selain kitab Ar Risalah dalam bidang ushul fikih, beliau juga pernah menulis kitab Al Umm yang merupakan kitab dalam bidang fikih yang memiliki susunan bab-bab fikih yang luar biasa. Kitab Al Umm hampir mencakup semua bab tentang ilmu fikih. Bahkan ada yang mengatakan juga bahwasanya kitab Al Umm adalah kitab pertama yang ditulis dalam bidang ilmu fikih.
- Ahli Bahasa
Imam Asy Syafi’i adalah seorang ahli Bahasa Arab. Ibnu Hisyam pernah berkata, “As Syafi’i adalah hujjah dalam ilmu Bahasa Arab.”
Kepakaran Imam Asy Asy Syafi’i dalam Bahasa Arab tidak lepas dari peran Bani Hudzayl. Imam Syafi’i banyak tinggal dan berinteraksi dengan orang-orang Bani Hudzayl yang mana mereka dianggap sebagai salah satu kabilah yang sangat fasih dalam Bahasa Arab. Saat masih muda, Imam Syafi’i mempelajari Bahasa Arab dari Bani Hudzayl, bahkan beliau menghafal syair-syair dan diwan-diwan Bani Hudzayl.
Kefasihan Imam Asy Syafi’i dalam Bahasa Arab juga menjadi dasar dalam penulisan dan penyusunan ilmu ushul fikih beliau. Sering beliau mengandalkan kemampuan bahasa beliau dalam memahami teks Al Quran dan Hadis. Walaupun banyak yang mengkritik beliau dalam masalah kebahasaan, tapi kritikan itu sudah dibantah oleh murid-murid beliau.
Imam Asy Syaf’i juga sering menulis syair-syair Bahasa Arab yang indah. Salah satu bait syair beliau yang terkenal adalah
أخي لن تنال العلم إلا بستة * سأنبيك عن تفصيلها ببيان
ذكاء وحرص واجتهاد وبلغة * وصحبة أستاذ وطول زمان
Saudaraku, engkau tidak akan meraih ilmu kecuali dengan enam perkara
Aku akan menjelaskan rinciannya kepadamu dengan penjelasan yang jelas
Kecerdasan, semangat, sungguh-sungguh, bekal yang memadai
Bimbingan seorang guru, dan waktu yang panjang.
bersambung..