Tidak malukah kita kepada hewan yang kita sebut lebah? Lihat bagaimana ia selalu berusaha untuk selalu memberikan manfaat. Para ilmuwan berhasil mengungkapkan sebuah fakta, bahwasanya untuk menghasilkan satu kilogram madu setidaknya lebah itu harus hinggap di 600.000 sampai 800.000 tangkai bunga. Tidaklah ia hinggap di ratusan ribu tangkai bunga kecuali untuk berusaha menghasilkan madu terbaik,yang mana madu itu bisa meberikan banyak sekali manfaat bagi makhluk hidup yang lainnya.
“كانو فلما لا نكون”
“kalau mereka bisa kenapa kita tidak?”
Ada seorang ibu di Jakarta yang rajin datang ke pengajian muslimah. Ibu ini selalu datang awalan tapi anehnya ia selalu memilih posisi duduk di belakang. Ibu ini terlihat sederhana dan memang dia bukan orang kaya. Tapi ketika ada anggota pengajian yang sakit dia lah yang pertama kali mengajak ibu-ibu lain untuk menjenguk orang yang sakit itu. Tidak hanya itu, bahkan ketika mereka pergi bersama-sama naik bajai, si Ibu ini selalu bayarin yang lainnya dan tidak berkenan ketika yang lain hendak mengganti uangnya.
Suatu ketika ada teman pengajiannya yang hendak berkunjung ke rumahnya. Sesampainya ia di halaman rumah Ibu tersebut ia disuguhkan pemandangan botol-botol bekas. Ternyata ibu itu bekerja sebagai pengumpul botol-botol plastik bekas, untuk kemudian dijual kepada para pengepul.
Setelah bertemu dengan si Ibu, teman pengajian ibu tersebut bertanya, “Mpok, kenapa sih Mpok kalau di pengajian duduknya di belakang mulu? Padahal kan Mpok datengya selalu duluan.”
“Saya malu bu, soalnya bajunya itu-itu aja. Saya cuman punya 2 baju untuk pengajian” Ibu itu menjawab.
Kemudian teman pengajiannya bertanya lagi, “Terus kalau kondisi Mpok kayak gini, kenapa kalau ada temen kita yang lagi sakit Mpok yang selalu ngajakin jenguk, terus kalau kita lagi naik bajai pasti Mpok yang duluan bayarin ongkosnya?”
Ibu itu pun menjawab, “Kan surga bukan cuman untuk orang kaya aja bu.”
Tidakkah kita merasa kalah dari ibu tersebut? Seorang Ibu yang lebih sederhana dari kita baik dari segi harta maupun pendidikan, tapi terus berusaha mengejar surgaNya dengan cara berbagi kepada sesama.
Ada lagi seorang ibu di Tangerang Selatan. Ketika itu waktu sudah mendekati adzan maghrib. Ibu ini baru saja selesai belanja di sebuah toko. Setelah keluar dari toko, ibu ini berjalan ke parkiran, kemudian masuk kedalam mobilnya. Saat sudah duduk di dalam mobil, ibu ini tidak ingin langsung menjalankan mobilnya, ibu ini ingin membaca pesan-pesan di handphonenya yang belum sempat ia baca. Tiba-tiba kaca mobilnya diketuk oleh seorang anak remaja, “Ibu mau saya parkirkan (bantu arahkan untuk keluar)?” Anak itu bertanya. Ibu ini menggelengkan kepalanya, “Tidak usah.” Kemudian anak ini malah bertanya lagi, “Kalau gitu, boleh uang parkirnya saya ambil sekarang?” Jelas ibu ini merasa kesal karena belum saja diparkirkan tapi sudah diminta uang parkir. Tapi ibu ini tetap memberikan uang parkir itu kepada anak tersebut.
Ibu ini memperhatikan anak tersebut lewat kaca spion. Ternyata anak tersebut pergi ke tukang gorengan kemudian mengantarkan gorengan tersebut untuk seorang kakek yang sedang duduk di sekitar situ.
Karena penasaran, akhirnya ibu ini turun dari mobil dan menghampiri anak tersebut. “Dek, tadi kenapa kamu minta uang parkirnya duluan?” Dan dari penjelasan anak tersebut akhirnya ibu ini tau, ternyata si kakek sedang puasa sunnah dan anak ini ingin sekali membelikan makanan berbuka untuk kakek tersebut. Makanya ia berusaha mendapatkan uang denga cara memarkirkan mobil ibu itu.
Lihat bagaimana anak tersebut ingin sekali bisa berbagi dan bermanfaat untuk orang lain? Walaupun ia harus mendapatkan uang dari hasil memarkirkan kendaraan.
Kisah selanjutnya datang dari seorang kakek yang diundang ke salah satu stasiun tv nasional. Kakek itu berumur 70 tahun, berprofesi sebagai guru ngaji di Semarang dengan gaji Rp 800.000/bulan. Yang membuat beliau diundang ke stasiun tv itu adalah kebiasaan baik beliau. Beliau mempunyai kebiasaan selalu menyiapkan 100 nasi bungkus setiap hari jumat untuk dibagikan kepada orang-orang yang tidak mampu.
Di acara tersebut Kakek itu ditanya, “Mbah kerjanya kan guru ngaji. Tapi setiap Jumat Mbah nyiapin 100 bungkus nasi. Apa nggak habis gajinya Mbah?” Kemudian beliau menjawab dengan logat Jawanya yang kental, “Yo kalau gaji mah abis mas, tapi kan rezeki Allah nggak pernah abis to.” Jawaban yang singkat, tapi mengandung makna keikhlasan yang dalam.
Itu tadi adalah kisah orang-orang yang berhak menyandang gelar sebagai sebaik-baik manusia, dengan segala keterbatasan yang mereka miliki tapi mereka selalu berusaha untuk berbagi kebaikan kepada sesama. Bagaimana dengan kita? Maka sekarang sudah saatnya kita untuk memainkan peran kita.
mantap kak ustad
Terimakasih Ustadzah.
MaasyaaAllah, inspiratif banget bib.
Jangan berhenti berbagi kebaikan lewat tulisan ya 💪, bahasanya mudah dipahami
InsyaAllah… Syukron Ust Aab