Panjangnya penantian

Mungkin tulisan ini akan mewakili suara segelintir makhluk Bumi. Mereka yang berkali-kali mengusap peluh di dahi, namun buah yang dipetik belum sesuai ekspektasi. Jatuh bangun merangkai mimpi, namun apa yang didamba belum juga terealisasi.

Saat dibuat lelah oleh lamanya menanti. Muncul satu rasa yang membuat hari-hari terasa sukar dijalani. Sebagai manusia biasa, sepertinya rasa itu adalah sifat manusiawi. Karena kita adalah manusia, bukan pohon pisang yang cuman punya jantung tapi tak punya hati. Hati kita juga tak sekuat baja. Tidak juga sekokoh tembok Cina. Karena mudah terbolak-balik adalah fitrahnya hati manusia. Namun tidak lama-lama larut didalamnya adalah PR kita semua.

Pernah nggak sih kalian ngerasa kayak “Hmm I tried my best… Gue udah berusaha sekuat tenaga, tapi kenapa ya hasilnya nggak ada?!” Tahajud, dhuha, doa, puasa tidak pernah terlewati. Tapi ujung-ujungnya harus berusaha tabah, walau ada yang mengganjal di hati. Dan akhirnya terucap oleh lisan, “Ya Allah kenapa sih begini?”

Terlebih ketika melihat ke kanan dan ke kiri. Dihadapkan pada kenyataan bahwasanya banyak orang-orang yang didn’t even trying to pray more, terang-terangan dengan maksiat, mabok, kata-katanya kasar BUT They have everything what they want.

Do u ever fell like, hmm tired? Pernah kan? Ngerasa dunia itu nggak adil. Setelah berusaha dan berjuang, kita merasa semuanya sia-sia dan capek. Capek bukan karena it was hard, but sometimes you’ve got the “not worthy” results. Yang ada di kepala cuman kalimat “Kenapa sih?! Kenapa sih?! Kenapa sih?!”


Ketika berada di zona seperti ini, seharusnya yang pertama kali dilakukan adalah menikmati. Apa yang harus dinikmati? Kebersamaan dengan Allah. Bersyukur karena Allah telah memberikan taufiq untuk melakukan amalan-amalan tersebut. Betapa banyak orang yang lebih luang waktunya, tapi sulit sekali untuk sekedar sholat 2 rakaat di waktu dhuha, atau mengangkat tangan pada waktu mustajab doa. Allah ingin kamu lebih banyak mengumpulkan pundi-pundi pahala dari pada mereka.

Dan sadar nggak sih? Sering kita berusaha mendekat ke Allah ketika ada maunya saja. Setelah kemauan kita terpenuhi, pergi jauh tak peduli. Dan ketika suatu saat ada hajat yang ingin dipenuhi, baru deh kita balik lagi. Mungkin dengan menunda keinginan kita, selain Allah menunggu waktu yang tepat, Allah juga ingin kita lebih lama dekat denganNya. Maka apabila tiba-tiba malaikat maut datang kepada kita, kita sedang dalam keadaan dekat dengan Allah. Siapa juga yang tidak mau dimatikan dalam keadaan seperti itu bukan?

Dan when we’ve tried our best tapi ternyata goal kita tetep belum tercapai, mungkin selama ini Allah pengen ngeliat usaha kita. Ketika Allah sudah melihat usaha kita, dan menurutNya kita memang pantas untuk mendapatkan yang terbaik, maka Allah akan memberikan apa yang terbaik menurutNya meskipun terkadang tidak segaris dengan apa yang kita inginkan. Semoga kita bisa belajar dari sikapnya Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه

ِ كنت أطلب الشيء من الله

فإن أعطاني إياه كنت أفرح مرة واحدة .

 وإن لم يعطني إياه كنت أفرح عشر مرات .

 لأن الأولى هي اختياري , أما الثانية هي اختيار الله عز وجل   ِ

ِAku pernah meminta sesuatu dari Allah
Jika IA mengabulkannya maka aku merasa senang satu kali
Dan jika ia belum mengabulkannya maka aku merasa senang sepuluh kali
karena yang pertama adalah pilihanku, sedangkan yang kedua adalah pilihan Allah Azza Wa Jalla.

-Ali Bin Abi Thalib رضي الله عنه-

Kita semua yakin bahwasanya Allah Maha Tahu. Lalu kenapa masih ragu akan pilihanNya? Emang sih kalimat barusan terdengar klise banget. But trust me, someday akan ada saatnya keluar dari lisan kita sebuah perkataan, “Ooh ternyata alur ceritaNya begini ya.”

Beda halnya ketika kita menginginkan sesuatu, tapi dari awal kita emang udah pasrah dan usaha seadanya. Ketika keadaannya seperti itu dan ternyata apa yang kita inginkan tidak tercapai, lalu kita berucap, “Ini nih yang terbaik menurut Allah.” NO! Actually you can get more than it, but u dont want! Itu hanya jatah yang sesuai dengan usahamu.


Dan soal mereka yang “terlihat” tidak pernah melakukan apa-apa, tapi selalu berhasil mendapatkan apa yang mereka inginkan. Kenapa kita tidak husnudzon sama mereka? Bisa jadi ada amalan-amalan sirr (tersembunyi) yang mereka lakukan tanpa ada satu orang pun yang tahu. Siapa tau mereka selalu berdoa dan menangis di sepertiga malam. Atau mereka sering membantu orang-orang yang membutuhkan. Ternyata amalan mereka lebih banyak dari amalan kita. Siapa tau yakan?

Atau jika mereka memang benar-benar tidak ada amalan apa-apa. Hanya mengisi hari-hari dengan maksiat dan semacamnya. Ketahuilah ada satu keadaan yang disebut dengan Istidraj. Keadaan dimana Allah membiarkan seorang hamba terus tenggelam dalam maksiat. Namun di waktu yang bersamaan nikmat Allah juga tak pernah putus untuknya. Justru keadaan seperti inilah yang bahaya banget. Allah biarkan orang itu tenggelam dalam dosa tanpa ia sadari, untuk kemudian Allah beri balasan di akhirat nanti.

Berbeda halnya dengan orang-orang yang ketika berbuat dosa, Allah langsung tegur mereka. Maka langsung muncul kesadaran untuk kembali lagi ke jalanNya.


Maka tetap berhusnudzon lah kepada setiap keputusanNya. Karena “Berprasangka baik itu baik.” Apalagi berprasangka baik kepada Dzat Yang Maha Baik. Jalan kesuksesan itu banyak. Tapi sayangnya kebanyakan kita kurang suka jalan-jalan. Dan di dunia ini terlalu banyak teka teki. Kadang kita tidak menemukan jawabannya walau sudah berfikir berulang kali. Kenapa? Karena ternyata jawabannya ada pada next story.

فإن مع العسر يسرا (5) إن مع العسر يسرا (6) فإذا فرغت فانصب (7

Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan (5) Sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan (6) Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). (Qs Asy Syarh : 5-7)

labibamuayyad

labibamuayyad

2 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *