RENJANA

Dalam balutan selimut yang melindungiku dari celcius rendah, ingin ku menulis tentang seseorang yang hadirnya dalam benakku tak mengenal tanggal merah. Matanya, ialah tempat segala keindahan singgah. Hadirnya, untuk harapku yang hampir kering ia membawa basah. Cintanya adalah avtur terbaik agar aku tetap terbang sesuai arah.

Banyak hal dalam hidup yang kita anggap sebagai sebuah kebetulan. Padahal segala hal telah Tuhan takdirkan. Atau memang kebetulan adalah serangkaian takdir yang Tuhan samarkan?

Di kampus biru kita dipertemukan. Untuk kemudian dalam sebuah organisasi kita dipersatukan. Setelah cukup lama saling mengenal sebagai teman, akhirnya kita ikat rasa yang tumbuh dengan ikatan suci pernikahan. Entah selama ini kita memang pandai untuk saling menyembunyikan. Atau cinta memang datang pada lini masa yang sebelumnya tak terbayangkan.

Pada awalnya ku sampaikan bahwa aku takut dengan kata menikah. Takut dengan ikatan monogami seiya sekata sampai jasad dikubur tanah. Sempat ingin menunda atau mengikuti jejak Imam Nawawi dan Ibnu Taimiyah. Namun bukan karena cinta matiku terhadap ilmu, melainkan karena asaku tertutup banyak kabut ragu.

Tiba-tiba engkau menyusup ke dalam rongga-rongga di dada. Entah mesiu apa yang kau bawa, tapi segala raguku kau ledakkan tak tersisa. Dengan granat semara kau benar-benar usir segala gundah gulana. Katamu, “Jika kau dan aku bersama, dunia akan tau betapa hebatnya kita.”

Plak! Plak! Aku tampar pipiku sendiri tak percaya. Entah visa apa yang kau bawa sehingga bisa melewati imigrasi hatiku dengan mudahnya. Mantra apa yang kau baca sehingga aku membiarkanmu melewati palang hatiku begitu saja? Aku yang pandai mengolah rasa dan tak mudah jatuh cinta, harus berlutut di hadapan pesonamu tak berdaya. Tidak, bukan hanya sempurna parasmu dan tahi lalat di atas bibirmu yang membuatku sulit mengeluarkanmu dari isi kepala. Lebih dari itu, ada sesuatu tentangmu yang hatiku selalu nyaman dibuatnya.

Awal tahun 2023, habis sudah urusan study dan kontrak kerja, aku pulang ke Indonesia. Tak mudah memang meyakinkan kedua orang tua. Karena pernikahan memang bukan hanya menyatukan dua manusia, tapi juga dua keluarga. Ombak pantai Tanjung Kait menjadi saksi senyum canggungku saat ditanya walimu, “Jadi kamu mau serius sama anak saya?” Saat itu, satu tahun waktu yang ku minta. Tapi kata walimu, “Sesuatu yang baik tak boleh ditunda terlalu lama. Bismillah, bulan Juli kita tunaikan akad dan pesta.”

Kemudian kau kembali ke Malaysia untuk menyelesaikan apa yang harus kau selesaikan. Dan aku terbang jauh untuk menghidupi mimpiku yang sudah cukup lama tertangguhkan. Badai ujian mulai berdatangan. Namun, tak peduli setinggi apa gelombang menghadang, cinta selalu temukan jalan.

Lima belas Juli dua ribu dua puluh tiga, kita proklamirkan kemerdekaan cinta. Hatiku telah resmi jatuh ke dalam genggamanmu untuk tempo yang selama-lamanya. Berjanji untuk segala hal yang berkaitan dengan mimpi dan cita-cita, akan diselenggarakan dengan cara saksama. Kemudian aku dekatkan jantungku ke jantungmu agar detakannya seirama. Entah akan seperti apa ombak di depan sana. Namu selama kita berlayar bersama, bahagiamu adalah prioritas utama.

Masa lalu kita memang banyak beda. Namun, detik di mana akad nikah terucap dan mata kita saling menatap, maka kita menuju masa depan yang sama. Terimakasih telah menerimaku sepenuh jiwa walaupun aku masih banyak kurangnya. Maaf, jika aku belum bisa jadi yang serba ada, tapi dalam susah dan senangmu aku akan berusaha untuk selalu ada. Jarak memang sedang memisahkan kita. Tapi peduli apa, ia hanya angka, sedangkan rasa di antara kita besarnya tak akan pernah bisa dikira.

Doaku agar engkau selalu bahagia rohani serta jasmani dan ada hadirku di sana selalu menyertai. Rundukkan egoku apabila ia terlalu tinggi. Obati aku ketika dunia membuat luka baru lagi. Karena denganmu aku menjadi utuh kembali. Untuk segala salah dan khilaf kita harus bisa saling memperbaiki.

Untukmu, Shaly Farhatal Izza. Belahan jiwa. Separuh nyawa. Pelipur lara. Padamu aku titipkan sebingkah hatiku untuk kau jaga. Terimakasih sudah mengizinkanku untuk menjadi nahkoda. Bersama kita mengeja bahagia dan labuhkan bahtera ini di surga-Nya. Satu hal yang harus kau tau, cintaku takkan pernah binasa walau sampai wujud ini tinggalkan dunia. Nggak usah sambil senyum-senyum lu bacanya!

labibamuayyad

labibamuayyad

2 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *